baiklah!!!
jarak, waktu, hujan, badai, gerimis, dan asa telah memisahkan kita
secara raga kau begitu jauh
dan tampak nyata kita akan akan bersama
tapi hati kita kan selalu bersama
...
gelisah dalam sendiri dan kesendirian itu hal biasa
seperti ketika berjalan ditengah malam
cahaya bintang tak akan redup di alam
dan angin akan tetap mengajarkan
arah tujuan serta media penyampai pesan
setidaknya itulah analogi yang ku rasa saat ini
jarak tampak nyata diantara kita
namun bintang-bintang dihati ini
akan selalu menunjuka arah keberadaan
angin akan selalu menyampaikan pesan kerinduan
akan sebuah persahabatan
kekuatan mungkin tak lahir dari sebuah kata
atau dari sebuah wajah merona
namun kekuatan hadir saat kita bersama
meski hanya menghabikan waktu dengan tanpa suara
namun arti hadirmu terasa menghidupkan jiwa
dan rangkulan itu aliran kekuatan sesungguhnya
Rindu!!!
sudah jangan ucapkan kata itu
tanpa terucapkan dapat kubaca dari binar matamu
dari setiap gerakan tanganmu
dan dari setiap caramu memandangku
dan akupun merasakan hal sama padamu sahabatku
seorang bijak telah berkata
keluarga ada orang-orang yang tuhan pilihkan untukmu
sedangkan sahabat
adalah keluarga yang kau pilih dengan hatimu
dan aku rindu...
Depok, 19 September 2011 (22.15WIB)
Untukmu sahabatku: Fiza, Nana, Ami, Nura, Emil, Suci, Jeleq (WIlda)
Senin, 19 September 2011
Sabtu, 10 September 2011
Saat Janji terucap
‘Seorang yang cakap mampu melewati lingkungan yang enak, kurang enak, cukup enak, tidak enak, bahkan lingkungan tidak enak sama sekali’(Dekan FIK UI, Dewi Irawati dalam orientasi Pendidikan Profesi 2011, Depok 7 September 2011)
Sebuah inspirasi dari beliau yang sudah menikmati asam garam profesi ini. Selain menjadi orang nomor satu di institusi keperawatan pertama di Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, beliau saat ini juga menjadi orang nomor satu di organisasi keperawatan nasional Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Dengan pengalaman beliau pantaslah kiranya kami larva-larva keperawatan ini bercermin dari sikap dan perkataan beliau. Dan quote di atas adalah salah satu yang menginspirasi gw saat memasuki tahapan profesi.
Mengawali masa baru dan tahapan baru dalam kehidupan kami di perkuliahan. Sebuah masa yang berat menurut sebagian orang, ya benar masa profesi. Hari ini semuanya dimulai dengan pengangkatan janji kepaniteraan sebelum masa profesi dimulai. Dengan kebanggaan sebuah seragam baru resmi kami gunakan, dengan seragam serba putih dengan makara di dada kiri kami menambah prestisiusnya seragak tersebut.
Memang tak dapat dipungkiri, langkah kami sempat terseok-seok dalam melanjutkan pendidikan ini karena beragai hal, yang akhirnya alam melakukan seleksinya dengan terdaftarnya sekitar 89 orang sarjana regular yang melanjutkan tahap profesi. Tentunya yang tidak melanjutkan mempunyai pertimbangan lain untuk kehidupan mereka.
OK, balik lagi ke janji kepaniteraan tadi. Kenapa harus ada janji Kepaniteraan? Profesi kami (perawat) adalah bagian dari ujung tombak pelayanan kesehatan di Indonesia, sesuai dengan kode etik profesi sebelum kami terjun ke lapangan memberikan asuhan keperawatan tentunya kami harus diangkat janjinya untuk benar-benar menjalankan kode etik keperawatan demi pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Tepat pada 9 September 2011 pukul 09.30 Wib upacara pengangkatan janji kepaniteraan ini dimulai. Awalnya sebuah perasaan campur aduk yang kami rasakan, karena dengan seragam ini kami akan mengemban beban di pundak kami memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat meskopun kami sendiri masih dalam tahap belajar. Suasana khidmat ketika Dekan kami membacakan janji dan kami mengikuti sempat mengalir semangat besar dan berdiri bulu roma kami menghayati isi janji.
Sebuah pesan disampaikan oleh dekan kami “hari ini kalian berjanji bukan dihadapan kami pembimbing kalian, tapi kalian akan berjanji dengan diri sendiri dan Allah SWT yang maha tahu isi hati kalian untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat”
Diantara delapan poin janji yang kami ucapkan satu poin yang sangat berkesan bagi kami adalah salah satu poinnya menyebutkan
“saya akan senantiasa berusaha untuk belajar dengan kemampuan tertinggi yang saya miliki dan senantiasa menjaga kesehatan saya”.
Sekali gw ulangi KEMAMPUAN TERTINGGI, sudahkah kita bersiap menghadapi masa penting ini dengan kemampuan tertinggi??
Langganan:
Postingan (Atom)