Jumat, 08 Maret 2013

Anak, Musik, dan Sponsor Rokok


"Sekarang kalau misalnya sponsor rokok tidak boleh, apakah ada yang mau mendukung kita berkarya? Saya pikir kita tidak boleh terlalu picik berpikir "
             Perkembangan musik Indonesia saat ini sangat pesat. Penyanyi, band, serta yang paling marak girlband dan boyband menjamur menghiasi blantika musik Indonesia. Hal ini membuka peluang besar bagi para event organizer mengadakan acara musik live dari skala kecil hingga besar dengan mendatangkan artis dalam negeri hingga luar negeri. Kondisi ini mungkin menggembirakan kita semua karena musik merupakan industri kreatif yang mendatangkan banyak keuntungan dari sektor ekonomi kepada banyak pihak. Bahkan pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar acara pun tak luput kecipratan rejeki.  

             Ironinya di ajang kreatifitas yang didominasi anak muda ini, industri rokok terus bergerilya menjadi sponsor acara tersebut. Pertanyaannya, kenapa kalau acara musik disponsori oleh industri rokok?

            Jawabannya sederhana sponsor tentu akan memajang logo bahkan produknya dalam acara yang mereka sponsori, syukur-syukur kalau yang hadir dalam acara tersebut mereka yang sudah dewasa yang mungkin sudah bisa membedakan mana yang baik dan buruk, namun bagaimana jika anak-anak turut hadir dalam acara yang disponsori rokok? 

Studi penelitian Komnas anak bekerja sama dengan UHAMKA tahun 2007 tentang dampak keterpajanan iklan rokok dan kegiatan yang disponsori industri rokok terhadap aspek kognitif, sikap dan perilaku merokok remaja menunjukan 81% anak-anak pernah mengikuti kegiatan yang disponsori industri rokok. Kegiatan ini berperan dalam inisiasi merokok pada anak-anak karena rokok akan dijual bebas di lokasi kegiatan. 

Dalam sebuah kegiatan yang disponsori rokok hampir dapat dipastikan bahwa di lokasi kegiatan tersebut semua orang akan bebas merokok, bagaimana dengan anak-anak yang berada di lokasi meskipun mereka tidak merokok saat itu? Menurut Psikolog dan pakar hiptoterapist klinis Liza Marielly Djapry paparan iklan rokok meningkatkan kecenderungan anak untuk merokok karena terekam jelas di alam bawah sadar anak. Anak ibarat kertas putih yang belajar sosial menyatakan bahwa seorang anak akan belajar dan melakukan tindakan meniru dari lingkungan sekelilingnya.  

"Sekarang kalau misalnya sponsor rokok tidak boleh, apakah ada yang mau mendukung kita berkarya? Saya pikir kita tidak boleh terlalu picik berpikir" sebuah pernyataan yang pernah diungkapkan oleh seorang musisi kondang di Indonesia. Haruskah kita berkarya dengan kemudian merusak generasi muda dengan tetap menggaet sponsor rokok? Banyak kegiatan musik yang bisa terlaksana dengan sangat baik tanpa harus menggandeng sponsor rokok. Misalnya konser Jakarta International Java Jazz Festival 2009 yang menggaet sponsor dari salah satu provider telekomunikasi. Bagaimana dengan Jakarta International Java Jazz Festival tahun ini? Ya kembali menggaet industri rokok sebagai sponsor utamanya, saya rasa ini suatu kemunduran. 

Di Indonesia tidak cuma sekali musisi mancanegara menolak tampil setelah mengetahui konser yang akan mereka hadiri di Indonesia ternyata disponsori oleh rokok. Seperti Kelly Clarkson pada tahun 2010 dan Maroon 5 tahun 2011 saat itu menolak sponsor rokok dalam konsernya. Disaat musisi international beramai-ramai memproklamirkan mereka menolak sponsor rokok dalam konsernya, harusnya musisi Indonesia juga bisa. Indonesia mempunyai banyak indutri yang potensial sebagai sponsor. Seperti industri air mineral, provider telekomunikasi, dan banyak industri lainnya. 

Sudah Bukan Zamannya Lagi Rokok Menguasai Musik Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar