Minggu, 04 Desember 2011

Cerita oma di PSTW


2 minggu memang waktu yang sebentar kawan, namun selama itu gw berada di Panti Sosial tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 3 Ciracas gw mendapat banyak pelajaran dan pengalaman berharga dari oma-oma dan opa-opa disana. Kedatangan di hari pertama kebingungan melanda gw bingung apa yang akan dilakukan, sebagai anak lulusan kemarin sore di ilmu keperawatan dan masih butuh banyak belajar menjadi harapan besar saat datang kesana.

Saat pertama melangkah ke wisma dimana gw ditugaskan sebuah senyum terukir di bibir seorang oma yang lebih senang di panggil mbah. Ya mbah halimah namanya. Beliau tersenyum seolah berkata “selamat datang sayang, kami senang engkau datang”, senyuman itu menjadi sebuah semangat karena berharap dapat berbuat lebih untuk mereka.

Hari pertama menjadi hari pendekatan kepada semua oma-oma dengan berbagai bentuk penyambutan, ada yang dengan tangan terbuka dan senyum lebar menyambut kami hingga kejutekan dan penolakan yang gw rasakan. Dalam hati gw selalu berkata “wajar ini awalnya, tetap bertahan untuk menjadi sesuatu yang beda”

Hari kedua tidak jauh berbeda gw tetap melakukan pendekatan dengan beberapa warga binaan lainnya (WBS, sebutan untun lansia yang tinggal di PSTW). Selain melakukan pengkajian masalah kesehatan individu gw dan rekan-rekan kelompok juga melakukan pengkajian untuk masalah kelompok. Hari ini ada satu oma yang menolak, namanya oma Maryam. Hari ini hanya ada satu orang teman gw, dedew, yang berhasil mendekati beliau sedangkan yang laiinya bernasib sama dengan gw ditolak.

Minggu pertama ini gw dan kelompok belum membuat kegiatan, masih fokus intervensi individu dan persiapan supervisi. Satu lagi WBS yang menarik perhatian gw adalah Oma Cum yang cepat banget akrab dengan mahasiswa, mungkin karena sudah banyak mahasiswa yang datang silih berganti. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi tidak sedikit WBS yang tahu tentang supervisi mahasiswa, TAK, dosen, dan lainnya


Hari-hari terus berjalan dan berbagai intervensi keperawatan telah gw lakukan dengan teman-teman kelompok, baik secara individu maupun kelompok. Untuk intervensi kelompok bahkan sebagian lansia telah mengenal istilah terapi aktifitas kelompok (TAK) yang biasa kami gunakan. Hari ke 7 di wisma kami bermain bowling bersama, saat itu gw tahu betul ada seorang oma, Oma Kar, yang baru 3 minggu disana dan masih merasa asing serta sedih. Namun saat kegiatan bermain bowling kami lakukan beliau terlihat turut bergembira dan menikmati permainan bahkan memenangkan permainan.
Besoknya kami merencanakan kegiatan lempar bola ke keranjang, demi mengoptimalkan gerakan lansia kami memutuskan keranjangnya dipegang oleh lansia lainnya sehingga permainan dilakukan berpasangan. Gw tetap memperhatikan respon nonverbal Oma Kar saat terlibat dalam permainan lembar bola ke keranjang. Ini pertama kalinya gw lihat beliau tertawa begitu lepas dan bahagia. Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi gw karena sehari sebelumnya beliau menangis karena kangen keluarga dan ingin pulang kampung

Kawan, setiap pertemuan gw yakini pasti ada perpisahan, dan perpisahan itu akan selalu menyedihkan bagi mereka yang telah terjalin sebuah kecintaan. Nah itu yang gw hadapi di hari kesepuluh di PSTW. Nyaris setiap oma menanyakan ‘hari ini perpisahannya ya suster?” Tuhan gw gak tau harus jawab apa… Bahkan pagi ini salah seorang Oma terlihat berbeda, biasanya setiap gw sapa beliau begitu bersemangat dan langsung Tos yang menjadi kebiasaan kami setiap pagi.

Menjelang siang gw semakin bingung apa yang terjadi dengan Oma cum, gw deketin dan mencoba bicara dengan baik. Spontan air matanya mengalir deras, dan bertanya “hari ini perpisahan ya?” oh God pertanyaan itu lagi.. semua cara dan kata-kata gw coba untuk meyakinkan pada Oma bahwa beliau tidak akan kesepian karena akan sering mahasiswa datang, tapi tetap aja. Siangnya setelah makan siang, Oma Cum merokok di depan gw dan teman-teman. Tidak biasanya beliau merokok di depan kami, selama 2 minggu di PSTW beliau selalu merokok sembunyi-sembunyi supaya kami tidak tahu, tapi hari ini beda.

Pukul 14.00 it’s time to say good bye, tapi gak satupun dari anggota kelompok gw yang memulai untuk mengatakan kalimat tersebut, semua masih sibuk bicara, bercanda, bahkan merawat oma-omanya sedangkan gw dapat sms ‘teror’ dari kelompok lain untuk segera berkumpul. Gw mengajak teman lain untuk memulainya, awalnya gw masih biasa saja berusaha tegar dan tanpa rasa apa-apa, berjalan dari satu oma ke oma lainnya, salaman dan mengucapkan perpisahan. Berbagai doa mengalirdari setiap Oma ang disalamin. Sampai akhirnya gw ke tempat tidur mbah halimah, bersalaman dengan beliau dan segera saja beliau memeluk gw erat, sangat erat, begitu erat dan air matanya mengalir deras. Gw masih bertahan menahan bendungan air mata kawan, namun sederet doa dan kata kerinduan terus mengalir dari bibir mbah halimah dan pelukan itu terus kuat kawan, akhirnya bndungan gw jebol dan air mata gw turut menangis.

Selain Mbah Halimah, satu lagi bu Endang yang menangis melepas kami. Sederet doa terus mengalir ketika gw memeluk beliau. Satu inspirasi besar yang beliau berikan kepada gw adalah dengan kondisi satu tangan yang lumpuh pasca stroke namun beliau terus melanjutkan hobinya menulis pada sebuah buku yang dipunyanya. Satu hal lagi, sebuah surat pesan dan doa pernah beliau berikan kepada gw (mungkin lain waktu di publish). Bu ending selalu mengingatkan bahwa “janji adalah hutang”.

Kembali ke Oma Cum, kisah oma yang sangat sulit gw ceritakan. Beliau begitu sedih kawan, tak hanya menangis namun terpancar pandangan kosong dan berkali-kali berkata ‘kalian gak boleh pulang’. Saat semua oma sudah gw salamin beliau duduk di tangga tempat kami turun, dan masih menangis kawan. Bahkan saat hujan turun beliau tidak peduli tetap berada di depan wisma seolah ingin berkata ‘saya akan lepas kalian hingga punggung kalian habis di ujung jalan”. Sampai akhirnya seorang pegawai PSTW berhasil membujuk Oma untuk kembali ke kamar.
Terima kasih oma-oma untuk ilmu dan banyak pengalaman berharga yang engkau berikan, semoga suatu saat tuhan kembali mempertemukan kita. Amin.

Satu hal lagi yang terkesan bagi gw dari seorang mbak Maryam ketika beliau mengajak gw ke dapur hanya sekedar ingin gw tahu dapur dan suatu saat gw datang lagi.
gw: "mbah mau kemana?"
Mbah: "ke dapur"
gw: "loh kan belum jam makan mbah"
mbah: " cuma narok kotak makan aja, suster mau ikut? yuk saya kasih tau dimana dapur supaya nanti klo suster kesini suster bisa jalan-jalan sendiri"
(sebagai catatan gw udha berulang kali ke dapur)
gw: "yaudah mbah sini aku temani"
Mbah: (saat turun tangga) "suster sebenarnya ada jalan satu lagi jalannya tinggi kaya mau naik gunung, tapi jalannya jauh kalau lewat tangga saya suka capek, nanti saya ajak suster lewat sana supaya suster kalau kesini bisa lewat sana juga

jalan yang dimaksud mbah adalah jalan yang disediakan pihak PSTW untuk penggunakan kursi roda, jadi kaya jalan turunan gitu yang adanya di bagian belakang
setelah selesai meletakan kotak makan

mbah: "suster kita lewat jalan yang satu lagi yaa,, nanti kalau suster kesini lagi suster lewat sini juga bisa"
gw: " ok mbah, :) :)"

Mbah mariyam ada yang berkesan lagi dari beliau saat beliau mengatakan ke teman gw tentang gw
"suster yang itu gendut tapi seksi ya. Dia bisa apa aja sus, bisa mengompres orang, bla bla bla" (gw lupa, karena ngomongnya ke teman gw :)hehhee

Beberapa pesan dari oma yang gw ingat:

Mbah Halimah
“Semoga sekolahnya cepat beres ya sayang, dan kerjaan yang baik dan sukses sekolahnya. Mbah selalu doain indah, nama indah selalu mbah sebut dalam doa mbah supaya indah sukses sekolahnya”

Bu endang
“Indah terima kasih yaa,, semoga sukses kuliahnya jangan lupa bu Endang yaa”


Mbah Rokayah

“suster baik banget, suster belum punya pacarkan? Saya doain suster cepat dapat pacar yang baik, yang sayang sama suster, sama orang tua juga. Kalau saya shalat saya akan selalu saya doakan suster, nama suster indah kan?”

Mbah mariyam
“suster semoga cepat dapat kerjaan yang baik, cepat naik pangkat dan dapat jabatan yang baik”

Mbah Lem
“suster semoga sekolahnya berhasilnya,, mbah doain”

Oma Lena
“suster saya doain cepat kurus deh, sukses ya sekolahnya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar